Blog

  • Perlu mengadopsi kemajuan teknologi, praktik berkelanjutan dibahas di acara properti utama negara.

    Article featured image

    Sektor properti Malaysia sedang mengalami transformasi besar-besaran, dengan berbagai inovasi dan kebijakan baru yang dibahas dalam Konvensi Properti Nasional 2025 di Kuala Lumpur. Acara ini digelar oleh Lembaga Survei Kerajaan Malaysia (RISM) untuk membahas masa depan industri properti yang lebih berkelanjutan dan berbasis teknologi.

    Tema utama konvensi kali ini adalah “Bata, Cetak Biru dan Lebih Jauh”, yang menekankan pentingnya adopsi teknologi, keberlanjutan, serta reformasi kebijakan. Diskusi juga mencakup dampak Undang-Undang Pembaruan Perkotaan, perkembangan di bawah Undang-Undang Pengembangan Properti Riil, serta peluang ekonomi di Zona Ekonomi Johor-Singapura.

    Berbagai pemangku kepentingan turut hadir, termasuk perwakilan dari Kementerian Perumahan dan Pemerintah Daerah, Otoritas Pengembangan Wilayah Iskandar, serta sejumlah universitas ternama seperti Universitas Malaya dan Monash University. Acara ini dibuka oleh Wali Kota Kuala Lumpur, Datuk Seri Maimunah Mohd Sharif, yang menegaskan pentingnya kolaborasi antar-sektor.

    RISM menyatakan bahwa konvensi ini menjadi wadah penting bagi para profesional, akademisi, dan pembuat kebijakan untuk bertukar ide guna memajukan sektor properti. Dengan fokus pada inovasi dan keberlanjutan, acara ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan industri yang lebih tangguh di masa depan.

  • Menghilangkan mitos seputar tinggi

    Article featured image

    Pembangunan properti di Malaysia telah lama menjadi isu yang memicu kontroversi, terutama terkait ketidakseimbangan antara kebutuhan pengembang dan hak warga sekitar. Fenomena ini terlihat jelas di berbagai kota besar seperti Kuala Lumpur, Penang, dan Johor Bahru, di mana proyek-proyek mewah terus bermunculan sementara perumahan terjangkau semakin langka.

    Salah satu penyebab utama mahalnya properti perkotaan bukan hanya biaya tanah, melainkan juga praktik korupsi yang merajalela dalam proses perizinan. Pengembang sering kali harus membayar suap kepada pejabat daerah, mulai dari staf teknis hingga anggota dewan, demi mempercepat persetujuan proyek. Akibatnya, mereka lebih memilih membangun hunian high-end untuk menutupi biaya tambahan ini, sementara pasar menengah ke bawah terabaikan.

    Kondisi ini membuat generasi muda dan keluarga berpenghasilan rendah semakin sulit memiliki rumah di pusat kota. Sebuah apartemen tiga kamar dengan luas 1.200 kaki persegi bisa mencapai harga RM1,2 juta—jauh di luar jangkauan kelompok B40 dan M40. Alhasil, mereka terpaksa tinggal di pinggiran kota dan menghabiskan waktu berjam-jam di perjalanan untuk bekerja.

    Ironisnya, pemerintah daerah sering membenarkan proyek-proyek mewah dengan dalih meningkatkan pendapatan daerah. Namun, infrastruktur yang dibangun untuk mendukung hunian elite—seperti jalan tol dan fasilitas parkir—justru memperparah kemacetan. Sementara itu, solusi yang ditawarkan, seperti proyek LRT dan MRT, belum mampu menjawab kebutuhan transportasi massal yang terjangkau bagi mayoritas penduduk.

  • Sime Darby Property Malaysia menyewakan lebih banyak tanah kepada Google untuk pusat data kedua.

    Article featured image

    Sime Darby Property memperkuat posisinya sebagai pengembang properti strategis dengan menjalin kemitraan baru untuk pengembangan pusat data di Malaysia. Perusahaan ini bekerja sama dengan Pearl Computing Malaysia Sdn. Bhd., entitas di bawah Raiden APAC Pte. Ltd. yang berafiliasi dengan Google, untuk membangun fasilitas berteknologi tinggi di Elmina Business Park. Proyek ini menandai babak baru dalam transformasi digital negara sekaligus memperluas portofolio properti komersial Sime Darby.

    Kesepakatan tersebut mencakup pembangunan pusat data seluas 77 hektar di Fase 2 Elmina Business Park, Lembah Klang, dengan target penyelesaian akhir 2027. Nilai sewa selama 20 tahun pertama diperkirakan mencapai RM5,6 miliar, dengan opsi perpanjangan dua kali lima tahun. Ini merupakan perluasan dari proyek sebelumnya di lahan 49 hektar yang dijadwalkan rampung tahun 2026, memperkuat posisi Elmina sebagai hub teknologi regional.

    Google secara tidak langsung terlibat melalui afiliasinya, Pearl Computing, meskipun awalnya diumumkan sebagai mitra teknologi multinasional yang tidak disebutkan namanya. Ekspansi senilai US$2 miliar ini sejalan dengan rencana Google sejak 2022 untuk memperkuat infrastruktur cloud di Malaysia. Kemitraan ini juga mencerminkan kepercayaan investor global terhadap potensi pertumbuhan digital negara.

    Sebagai bagian dari sejarah panjang Sime Darby Property yang berawal dari United Estates Projects Berhad tahun 1964, perusahaan ini kini mandiri sejak pemisahan dari Sime Darby Berhad pada 2017. Nama besar di baliknya, William Sime dan keluarga Darby, mewariskan warisan bisnis yang terus berkembang di era modern. Proyek terbaru ini tidak hanya memperkuat posisi Sime Darby Property di pasar properti komersial, tetapi juga menegaskan peran Malaysia sebagai destinasi investasi teknologi di Asia Tenggara.

  • CDL menjual 50,1% saham South Beach-nya kepada mitra Malaysia IOI seharga S$834 juta.

    Article featured image

    Di tengah dinamika pasar properti Singapura yang terus berkembang, City Developments Limited (CDL) memutuskan untuk melepas sebagian besar kepemilikannya di proyek ikonis South Beach. Perusahaan pengembang ternama ini menjual 50,1% sahamnya kepada IOI Properties Group (IOIPG) asal Malaysia senilai S$834,2 juta, menandai babak baru dalam pengelolaan aset strategis tersebut.

    Transaksi ini memberikan penilaian menyeluruh sebesar S$2,75 miliar untuk kompleks campuran tersebut, sedikit lebih tinggi dari valuasi sebelumnya. CDL memperkirakan keuntungan penjualan sekitar S$465 juta yang akan tercatat dalam laporan keuangan 2025. Respons pasar pun positif, dengan saham CDL melonjak 2,5% setelah pengumuman tersebut.

    IOIPG akan mengambil alih sepenuhnya bagian komersial South Beach, termasuk menara perkantoran dan area ritel, setelah penyelesaian transaksi pada paruh kedua 2025. CDL menyatakan bahwa hasil penjualan akan digunakan untuk memperkuat neraca keuangan, mengurangi utang, dan mencari peluang investasi baru. Rasio leverage bersih grup diperkirakan turun dari 117% menjadi 103%, menunjukkan peningkatan kesehatan finansial.

    Proyek South Beach, yang dirancang oleh arsitek ternama Norman Foster, telah menjadi landmark di Distrik Bisnis Pusat Singapura. Dengan okupansi kantor dan ritel di atas 92%, aset ini telah memberikan pendapatan stabil bagi CDL. CEO Sherman Kwek menegaskan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi daur ulang modal perusahaan untuk mengoptimalkan portofolio.

  • Jaya Tiasa melakukan diversifikasi ke pengembangan properti dengan pembelian tanah senilai RM100 juta di Sarawak

    Article featured image

    Jaya Tiasa Property Sdn Bhd, anak perusahaan KUALA LUMPUR, baru saja mengumumkan akuisisi strategis empat lahan di Sibu, Sarawak, senilai RM100 juta. Pembelian ini dilakukan secara tunai dan menjadi langkah penting dalam diversifikasi bisnis perusahaan ke sektor properti, mengurangi ketergantungan pada industri kelapa sawit yang rentan fluktuasi harga.

    Transaksi tersebut, yang ditandatangani pada 30 Mei 2025, melibatkan pembelian tanah sewa kosong dari Yemas Development Sdn Bhd dengan harga di bawah nilai pasar RM113 juta. Pembayaran dilakukan sepenuhnya dari dana internal, tanpa memerlukan persetujuan pemegang saham. Tiga dari empat lahan telah memperoleh izin untuk pengembangan proyek campuran, termasuk perumahan, pusat perbelanjaan, dan fasilitas kesehatan swasta.

    Proyek ini diperkirakan menelan biaya konstruksi sebesar RM469,6 juta dengan nilai akhir mencapai RM612,7 juta. Jaya Tiasa berencana memulai pembangunan pada 2026 dan menyelesaikannya pada 2031, tergantung kondisi pasar. Pendanaan tambahan akan diperoleh melalui penjualan properti, sumber internal, dan potensi pinjaman bank.

    Perusahaan optimis dengan prospek pasar properti di Sarawak, mengingat wilayah ini menyumbang 71,1% dari total transaksi properti di Malaysia Timur pada 2024. Keuntungan bersih Jaya Tiasa juga melonjak 50% menjadi RM187,8 juta dalam sembilan bulan terakhir, didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 14%.

  • JYSigma Business Consultancy dan Asia Vision Capital Mengumumkan Kemitraan Strategis untuk Landmark Shariah

    Article featured image

    Kolaborasi strategis antara dua perusahaan terkemuka membuka babak baru dalam investasi properti Syariah di Malaysia. JYSigma Business Consultancy (JBC) bersama Asia Vision Capital (AVC) resmi meluncurkan dana ekuitas swasta berbasis Syariah untuk pengembangan proyek Quayside JBCC di Johor Bahru. Proyek senilai RM600 juta ini menawarkan konsep terpadu dengan apartemen layanan, ritel premium, restoran rooftop, serta hotel internasional seperti Oakwood dan Hyatt Place.

    Quayside JBCC bukan sekadar proyek properti biasa, melainkan kawasan strategis yang akan mendapat manfaat dari pembangunan Johor-Singapore Special Economic Zone (JS-SEZ) dan Rapid Transit System (RTS). Lokasinya yang berada di jantung Johor Bahru City Centre dan dekat dengan penghubung ke Singapura semakin memperkuat daya tarik investasi. Proyek ini telah meraih berbagai penghargaan bergengsi di tingkat regional, termasuk Best Branded Residential Development dan Best Mixed-Use Development.

    Struktur dana ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan investor yang mencari instrumen halal. Terdaftar di Securities Commission Malaysia dan diawasi oleh penasihat Syariah Tawafuq Consultancy, produk investasi ini menawarkan akses terkelola ke pasar properti Malaysia yang sedang berkembang pesat. Ian Khor dari AVC menekankan bahwa kemitraan ini memberikan peluang berinvestasi di aset berkualitas dengan fundamental kuat dan prospek jangka panjang.

    Dukungan dari Bangsar Heights Pavilion (BHP) sebagai pengembang berpengalaman menambah kredibilitas proyek ini. Jack Yang dari JBC menyatakan kebanggaannya atas kolaborasi yang tidak hanya memperluas portofolio perusahaan tetapi juga berkontribusi pada transformasi kawasan urban di Malaysia. Kehadiran kantor JBC di Johor Bahru semakin memperkuat komitmen mereka dalam mengembangkan ekosistem investasi properti Syariah di wilayah tersebut.

  • Investasi Properti di Malaysia: Panduan Utama

    Article featured image

    Malaysia mulai menarik perhatian sebagai destinasi investasi properti yang unik di Asia. Berbeda dengan negara tetangga yang lebih populer seperti Singapura atau Thailand, Malaysia menawarkan keunggulan tersendiri berupa kebijakan kepemilikan tanah yang lebih fleksibel bagi warga asing. Faktor ini, ditambah dengan posisi geografisnya yang strategis di Selat Malaka, menjadikannya pasar yang patut diperhitungkan.

    Salah satu keunggulan utama Malaysia adalah kemudahan bagi investor asing untuk memiliki properti, termasuk tanah. Kebijakan ini membuka peluang investasi yang lebih beragam dibandingkan negara-negara Asia lainnya yang membatasi kepemilikan asing hanya pada unit apartemen. Di Malaysia, investor bisa memilih antara kondominium di pusat kota seperti Kuala Lumpur hingga townhouse di wilayah seperti Johor Bahru.

    Meski menawarkan banyak keunggulan, pasar properti Malaysia juga memiliki tantangan tersendiri. Tingkat pengembalian sewa yang relatif rendah dan kelebihan pasokan di beberapa wilayah menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Namun, proyeksi pertumbuhan populasi yang signifikan hingga 40 juta jiwa pada 2050 memberikan harapan untuk penyerapan properti jangka panjang.

    Dengan dukungan industri perbankan syariah yang kuat dan pertumbuhan kelas menengah, Malaysia terus memperkuat posisinya sebagai tujuan investasi. Meskipun tantangan politik dan kelebihan pasokan masih ada, potensi pertumbuhan ekonomi menuju status negara maju sebelum 2030 tetap menjadi daya tarik utama. Bagi investor yang mencari alternatif di Asia, Malaysia menawarkan kombinasi unik antara aksesibilitas dan potensi pertumbuhan.

  • Negara Terbaik untuk Investasi Properti pada Tahun 2025

    Article featured image

    Investasi properti global terus menjadi pilihan menarik bagi mereka yang ingin mengamankan aset berwujud dengan potensi pertumbuhan jangka panjang. Tahun 2025 menawarkan peluang unik di berbagai belahan dunia, di mana investor bisa mendapatkan keuntungan ganda dari apresiasi nilai properti sekaligus manfaat tambahan seperti izin tinggal atau kewarganegaraan.

    Salah satu faktor kunci dalam memilih lokasi investasi adalah stabilitas ekonomi dan kerangka hukum yang mendukung kepemilikan asing. Negara-negara dengan pertumbuhan infrastruktur dan populasi muda cenderung memberikan prospek jangka panjang yang lebih baik. Selain itu, beberapa destinasi menawarkan insentif khusus, seperti program kewarganegaraan melalui investasi, yang dapat membuka akses ke pasar global lebih luas.

    Turki muncul sebagai salah satu destinasi terpopuler, berkat posisi strategisnya sebagai penghubung antara Asia dan Eropa. Dengan investasi minimal US$400.000, investor bisa mendapatkan paspor Turki, yang memberikan akses tanpa visa ke lebih dari 100 negara. Montenegro juga menarik perhatian dengan pajak rendah dan prosedur investasi yang sederhana, meskipun tidak menawarkan jalur langsung ke kewarganegaraan.

    Di kawasan Mediterania, Siprus menjadi pilihan menarik berkat stabilitas ekonominya dan sektor pariwisata yang berkembang pesat. Hasil sewa yang tinggi dan program izin tinggal yang cepat menjadikannya destinasi favorit bagi investor internasional. Dengan pertimbangan yang matang, investasi properti di negara-negara ini bisa menjadi langkah strategis untuk diversifikasi portofolio sekaligus memperluas peluang hidup di masa depan.

  • Apa yang diperlukan untuk menghidupkan kembali Forest City, kota hantu senilai US$100 miliar di Malaysia?

    Article featured image

    Kehidupan Wafa Aina Wahid dan suaminya berubah drastis setelah memutuskan pindah ke Forest City, proyek properti megah di Johor Bahru. Sebelumnya, eksekutif asuransi ini harus menempuh perjalanan panjang dari Kluang, sementara pasangannya bekerja di Singapura. Kini, mereka bisa tinggal bersama di apartemen tiga kamar dengan biaya sewa terjangkau.

    Pasangan ini bukan hanya mencari kenyamanan, tetapi juga efisiensi waktu dan biaya. Lokasi strategis Forest City yang berdekatan dengan Singapura memungkinkan suami Wafa pulang-pergi setiap hari. Proyek senilai US$100 miliar ini menjadi solusi ideal bagi banyak pekerja lintas batas seperti mereka.

    Wafa mengungkapkan kebahagiaannya karena tidak perlu lagi menjalani hubungan jarak jauh. Apartemen baru mereka memangkas waktu tempuh lebih dari 50%, sekaligus menyatukan keluarga kecil ini. “Sangat menyenangkan bisa tinggal bersama suami setiap hari,” ujarnya penuh semangat.

    Selain faktor kedekatan dengan tempat kerja, harga sewa yang kompetitif menjadi pertimbangan utama. Forest City menawarkan kualitas hidup lebih baik dengan fasilitas lengkap dan akses mudah ke kedua negara. Keputusan ini membuktikan bagaimana proyek properti besar bisa memberikan dampak nyata bagi kehidupan masyarakat.

  • Penjelasan: Siapa di balik IOI Properties Group Malaysia?

    Article featured image

    Perluasan bisnis properti di Singapura semakin panas dengan langkah strategis IOI Properties Group (IOIPG) yang akan mengambil alih kepemilikan penuh atas proyek South Beach. Transaksi senilai S$834,2 juta ini menandai babak baru bagi perusahaan Malaysia tersebut dalam mengukuhkan posisinya di pasar properti premium Singapura.

    Dengan akuisisi 50,1% saham yang tersisa dari City Developments (CDL), IOIPG akan sepenuhnya mengendalikan aset komersial South Beach, termasuk menara perkantoran kelas A, hotel JW Marriott, serta berbagai fasilitas pendukung. Proyek yang terletak di Beach Road ini sebelumnya dikelola bersama melalui South Beach Consortium. Langkah ini sekaligus menjadi salah satu pelepasan aset terbesar CDL dalam upaya restrukturisasi portofolio.

    IOIPG bukanlah pemain baru di Singapura. Perusahaan ini telah mengembangkan sejumlah proyek prestisius seperti IOI Central Boulevard Towers di kawasan Marina Bay. Selain itu, mereka tengah mempersiapkan pembangunan W Singapore – Marina View, sebuah hotel mewah yang dijadwalkan beroperasi pada 2028. CEO Grup IOI, Lee Yeow Seng, menyatakan bahwa akuisisi ini akan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemain utama di sektor properti komersial dan perhotelan.

    Dari segi finansial, transaksi ini akan menambah luas area sewa bersih (NLA) IOIPG di Singapura menjadi 1,8 juta kaki persegi. Secara global, portofolio properti investasinya mencapai 9,82 juta kaki persegi, mencakup Malaysia, Singapura, dan Xiamen. Sementara itu, IOI Corporation, induk perusahaan IOIPG, terus mencatatkan kinerja positif dengan laba bersih yang melonjak lebih dari dua kali lipat pada kuartal terakhir.