Praktik pemasaran yang berlebihan di sektor properti mulai mengkhawatirkan para analis, karena dapat menciptakan gambaran tidak akurat mengenai kondisi pasar yang sebenarnya. Narasi penjualan agresif yang kerap menyatakan proyek “terjual habis” dalam hitungan jam atau hari berpotensi menyesatkan calon pembeli dan investor. Fenomena ini diperparah dengan penyebaran informasi melalui media sosial yang memicu sentimen spekulatif sekaligus menutupi kelemahan struktural pasar.
Samuel Tan, CEO Olive Tree Property Consultants Sdn Bhd, mengungkapkan kekhawatirannya mengenai maraknya klaim berlebihan dalam pemasaran properti. Dalam webinar bertajuk “Johor Property Under the Lens: Growth Story or Bubble Risk?”, ia menyoroti semakin umumnya pengumuman penjualan properti yang diklaim laris dalam satu hari. “Klaim semacam ini bisa benar, sebagian benar, atau dalam beberapa kasus sama sekali direkayasa,” jelas Tan.
Seorang konsultan properti senior yang terlibat dalam berbagai proyek di Johor, Kuala Lumpur, dan Penang mengungkapkan adanya kolusi antara pengembang dan agen pemasaran untuk menggelembukkan angka penjualan. Unit properti sering kali hanya “dipesan” dengan uang muka nominal yang sangat rendah, kemudian diumumkan sebagai transaksi jual yang sah. Praktik lain yang kerap terjadi adalah melaporkan pemesanan awal sebagai penjualan tetap, sehingga menciptakan persepsi permintaan yang berlebihan.
Konsultan tersebut memperingatkan bahwa ilusi permintaan tinggi yang diciptakan melalui taktik semacam ini dapat memicu perilaku ikut-ikutan di kalangan investor. “Peredaran pengumuman penjualan yang dilebih-lebihkan untuk ‘membangkitkan pasar’ justru berisiko merusak kepercayaan jangka panjang terhadap sektor properti jika tidak dikendalikan,” tambahnya.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat dari regulator dan pelaku industri. Beberapa usulan solusi mencakup penerapan due diligence yang lebih ketat, sanksi hukum untuk kolusi antara pengembang dan agen pemasaran, serta kebijakan yang memprioritaskan perumahan terjangkau sesuai kebutuhan riil. Penggunaan platform pelaporan berbasis teknologi yang transparan juga diperlukan untuk menyajikan data transaksi properti yang akurat dan real-time, guna memastikan pertumbuhan berkelanjutan tanpa distorsi akibat hype spekulatif.