Blog

  • Pasar properti Johor melonjak didorong lonjakan investasi RM56 miliar dan proyek-proyek mega.

    Article featured image

    Pasar properti Johor mengalami percepatan pertumbuhan yang signifikan selama paruh pertama tahun 2025, didorong oleh realisasi proyek infrastruktur strategis dan inisiatif ekonomi lintas batas yang mengubah lanskap investasi negara bagian tersebut. Transformasi ini terutama dipicu oleh pengembangan Johor-Singapore Special Economic Zone (JS-SEZ) dan sistem transportasi terintegrasi seperti Rapid Transit System (RTS) Link, Elevated Autonomous Rapid Transit (E-ART), serta layanan kereta listrik Kuala Lumpur–Johor Baru Electric Train Service (ETS). Proyek-proyek infrastruktur kelas dunia ini telah menciptakan gelombang permintaan baru, menarik arus modal investasi yang substansial, dan mendorong apresiasi nilai properti di berbagai segmen pasar.

    Menurut Samuel Tan, CEO Olive Tree Property Consultants Sdn Bhd, Johor berhasil menarik investasi disetujui senilai RM56 miliar dalam enam bulan pertama tahun 2025, menyumbang hampir 30 persen dari total investasi nasional Malaysia sebesar RM190,3 miliar. Konfigurasi investasi menunjukkan distribusi yang seimbang antara investor domestik dan asing, mencerminkan keyakinan terhadap prospek jangka panjang ekonomi Johor. Sistem RTS Link yang menghubungkan Bukit Chagar dengan Woodlands North Singapura, dengan kapasitas 10.000 penumpang per perjalanan yang dijadwalkan beroperasi Januari 2027, dinilai sebagai faktor pemercepat integrasi regional. Dampaknya telah terlihat melalui penyerapan lebih dari 3.000 unit properti tertahan sejak 2023 dan kenaikan harga properti di sekitar hub transportasi minimal 20 persen.

    Dari perspektif teknis, apresiasi nilai properti menunjukkan tren yang konsisten dengan harga apartemen servis meningkat dari RM800 menjadi RM1.200 per kaki persegi dan nilai tanah komersial melonjak dari RM700 menjadi RM1.200 per kaki persegi. Daya tarik fundamental Johor terletak pada ketersediaan lahan yang melimpah, harga yang kompetitif, dukungan pemerintah, serta konektivitas yang terintegrasi dengan pelabuhan, bandara, dan pusat logistik. Jejak pembangunan seluas 3.571 km persegi mencakup sembilan zona terpadu di bawah enam otoritas lokal dengan fokus pada 11 sektor ekonomi mulai dari kesehatan dan logistik hingga kluster ekonomi digital dan hijau.

    Meskipun fundamental pasar kuat, para ahli mengingatkan perlunya kewaspadaan terhadap ketidakseimbangan struktural yang berpotensi mengganggu keberlanjutan pertumbuhan. Samuel Tan menekankan bahwa tantangan utama bukan pada risiko gelembung spekulatif jangka pendek, melainkan pada ketimpangan persisten yang meliputi pengembang kurang berpengalaman, persyaratan kuota, aktivitas spekulatif, dan taktik penjualan yang menyesatkan. Di sisi permintaan, Lee Nai Jia dari PropertyGuru mengonfirmasi peran penting pembeli asal Singapura yang terdiri dari pensiunan yang mencari keterjangkauan dan keluarga yang menyekolahkan anak di institusi pendidikan internasional di Johor, dengan catatan bahwa banyak di antaranya merupakan warga Malaysia yang memiliki status permanent residency Singapura.

    Keberlanjutan momentum pertumbuhan pasar properti Johor memerlukan pendekatan kebijakan yang komprehensif dan berbasis data. Transparansi informasi, pengaturan yang lebih ketat, perencanaan berbasis analisis pasar, dan insentif perumahan terjangkau menjadi elemen kritis untuk memastikan perkembangan yang sehat. Fluktuasi nilai tukar mata uang dan ketegangan geopolitik tetap menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi volatilitas permintaan, sehingga membutuhkan strategi mitigasi yang proaktif. Kolaborasi antara pemangku kepentingan pemerintah, pengembang, dan pelaku industri diperlukan untuk mengubah momentum saat ini menjadi pertumbuhan berkelanjutan yang menguntungkan semua pihak.

  • UDA meluncurkan kampanye impian bertanda tangan dengan 800 rumah di seluruh Lembah Klang.

    UDA Holdings Bhd meluncurkan kampanye properti terbarunya, UDA Signature Dreams, yang menawarkan lebih dari 800 unit hunian di lokasi strategis di seluruh Klang Valley. Kampanye ini juga memberikan kesempatan kepada pembeli untuk memenangkan hadiah senilai hingga RM250.000. Presiden dan CEO Johari Shukri Jamil menyatakan bahwa inisiatif ini, yang berlangsung hingga 31 Desember, bertujuan meningkatkan kepemilikan rumah, terutama di kalangan pembeli Bumiputera, sekaligus memperkuat kepercayaan terhadap merek UDA sebagai pengembang terpercaya.

    Empat proyek unggulan ditampilkan dalam kampanye ini, masing-masing dirancang untuk segmen pembeli yang berbeda. Residensi Akasia Raya, dengan harga mulai RM300.000, menawarkan pilihan terjangkau bagi pemilik rumah pertama kali di Klang Valley. Dedaun Residensi di Cheras, mulai RM506.000, dikonsep untuk keluarga dengan lingkungan komunitas terpadu yang mendukung kehidupan modern.

    Untuk pembeli yang menginginkan gaya hidup premium, Residensi 38 Bangsar hadir dengan harga mulai RM955.000 dan lokasi strategis dekat stasiun LRT Bangsar. Sementara itu, Legasi Kampung Baru, yang terletak di kawasan warisan budaya Kampung Baru dengan harga mulai RM1,5 juta, memadukan warisan budaya dengan akses LRT langsung dan fasilitas modern.

    Para pembeli yang berpartisipasi dalam kampanye ini akan mendapatkan berbagai insentif menarik, termasuk uang muka rendah, pembebasan biaya Perjanjian Jual Beli dan duta materai, serta paket furnitur rumah, sesuai dengan ketentuan proyek. Mereka juga berkesempatan memenangkan hadiah undian berhadiah, seperti dua tiket ke Piala Dunia FIFA 2026 dengan penerbangan dan akomodasi senilai RM150.000, serta peralatan rumah tangga senilai RM100.000.

    Kampanye ini mencerminkan komitmen UDA dalam menyediakan pilihan hunian yang sesuai dengan berbagai aspirasi masyarakat, mulai dari kepemilikan rumah pertama, peningkatan ke ruang keluarga, hingga investasi di alamat premium. Johari menekankan bahwa tujuan perusahaan adalah memungkinkan kepemilikan rumah di setiap tahap kehidupan, sekaligus memastikan proyek-proyek mereka memberikan nilai tambah berkelanjutan bagi komunitas yang dibangun.

  • Anggaran 2026 Dapat Mendorong Perumahan Terjangkau dan Mewah.

    Anggaran 2026 diprediksi akan menciptakan dampak ganda pada sektor properti Malaysia, dengan meningkatkan pasokan rumah terjangkau sekaligus mendorong permintaan properti mewah. Menurut Kashif Ansari, co-founder dan CEO grup Juwai IQI, paket kebijakan fiskal ini akan memperkuat fondasi pasar properti melalui kombinasi subsidi tepat sasaran, investasi infrastruktur besar-besaran, dan program pertumbuhan dalam Rencana Malaysia ke-13. Pendekatan ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan perumahan berbagai segmen masyarakat secara simultan.

    Analisis mendetail menunjukkan bahwa bantuan tunai Sumbangan Tunai Rahmah (STR) dan Sumbangan Asas Rahmah (Sara) senilai RM15 miliar menjadi katalis utama peningkatan akses kepemilikan rumah. Sebagai ilustrasi, keluarga dengan pendapatan RM3,000 per bulan dapat meningkatkan kemampuan pembelian properti dari RM209,000 menjadi RM279,000 berkat tambahan RM300 dari program bantuan pemerintah. Demikian pula, rumah tangga berpenghasilan RM4,850 bulanan mengalami peningkatan daya beli dari RM339,000 menjadi lebih dari RM408,000, yang sebanding dengan harga unit rumah terjangkau baru di pusat kota.

    Faktor pendukung lainnya termasuk penurunan biaya pinjaman perumahan menyusul pemotongan suku bunga kebijakan overnight Juli lalu menjadi 2,75 persen. Pemerintah juga melanjutkan Skema Pembiayaan Step-Up melalui Syarikat Jaminan Kredit Perumahan Bhd dan mempertahankan keringanan pajak bunga hipotek tiga tahun untuk properti bernilai RM500,000 hingga RM750,000 hingga akhir 2027. Kebijakan-kebijakan ini mencerminkan transformasi strategis dari subsidi menyeluruh menjadi bantuan terarah yang lebih efektif mendorong kemandirian finansial masyarakat.

    Dampak jangka panjang Anggaran 2026 semakin diperkuat melalui insentif investasi di sektor bernilai tinggi seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan. Pengembangan ekosistem industri ini akan menciptakan lapangan kerja bergaji tinggi dan menarik talenta asing, yang pada gilirannya mendukung permintaan properti di semua segmen pasar. Data transaksi properti Malaysia yang mencapai rekor dekade pada 2024 dengan 420.525 transaksi senilai RM232,3 miliar mengindikasikan fondasi pasar yang solid, meski terjadi penurunan volume 1,3 persen pada paruh pertama 2025.

    Proyeksi pertumbuhan transaksi pada paruh kedua 2025 dan 2026 didukung oleh megaproyek infrastruktur seperti Johor Baru–Singapore Rapid Transit System Link, Zona Ekonomi Khusus Johor–Singapore, dan MRT3. Kombinasi antara stimulus fiskal, pembangunan infrastruktur strategis, dan kondisi ketenagakerjaan yang kuat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemulihan berkelanjutan pasar properti Malaysia dalam jangka menengah hingga panjang.

  • EdgeProp.my.

    Fase kedua Lyra Residensi dari Worldwide Holdings telah menunjukkan performa pasar yang sangat menggembirakan dengan tingkat penyerapan melebihi 50% pada hari peluncurannya. Pencapaian ini mencerminkan kepercayaan konsumen terhadap produk pengembang meskipun berada dalam lingkungan pasar properti yang kompetitif. Respons positif dari pembeli ini mengindikasikan prospek cerah untuk pengembangan properti residensial di Malaysia.

    Di sektor industri, NCT Group telah meluncurkan kawasan industri bersertifikat pertama di Zona Ekonomi Perbatasan Khusus Delapan, Bukit Kayu Hitam. Inisiatif strategis ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan sekaligus menarik investasi manufaktur dan logistik. Pengembangan kawasan industri bersertifikat ini menandai babak baru dalam pengembangan infrastruktur industri Malaysia yang berstandar internasional.

    Beberapa pengembang properti lainnya juga mencatatkan pencapaian signifikan, termasuk Haily Group yang berhasil mengamankan dua kontrak bernilai RM197,55 juta untuk pengembangan menara tinggi di Johor Bahru. Sementara itu, TSLAW Land melaporkan lebih dari 70% unit terjual pada peluncuran perdana Skyline (Eastside) One Sentosa. Di sisi lain, pasar menghadapi tantangan dengan pergeseran overhang perumahan ke kategori kondominium menengah dan terjangkau.

    Eco World memperkenalkan konsep inovatif melalui peluncuran Majestic Labs yang berfokus pada penguatan komunitas, sedangkan Inta Bina mengamankan proyek konstruksi perumahan senilai RM40,6 juta dari Eco Majestic. Di sektor kebijakan, Penang menjadi negara bagian pertama yang mewajibkan video keselamatan bagi tamu hotel, sementara pemerintah menerapkan hukuman layanan komunitas untuk pelanggaran sampah ringan mulai 1 Januari mendatang.

    Secara keseluruhan, lanskap properti dan industri Malaysia menunjukkan dinamika yang kompleks dengan kombinasi antara pertumbuhan yang solid dan tantangan struktural. Berbagai inisiatif baru dan respons pasar yang positif terhadap peluncuran properti mengindikasikan ketahanan sektor ini meskipun dihadapkan pada isu overhang perumahan dan tantangan pembayaran dalam program perumahan rakyat. Perkembangan terkini ini menggambarkan transformasi berkelanjutan dalam industri properti dan konstruksi Malaysia menuju standar yang lebih tinggi dan berkelanjutan.

  • Malaysian SMEs poised to gain from Asean’s digital economy framework

    Article featured image

    A new regional agreement focused on digital commerce is poised to significantly benefit small and medium enterprises throughout Southeast Asia. The ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), currently under negotiation, aims to simplify cross-border trade for smaller businesses by addressing common logistical and regulatory hurdles. This initiative is set to be a central topic at the upcoming 57th ASEAN Economic Ministers’ Meeting in Kuala Lumpur.

    Minister of Investment, Trade and Industry Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Aziz highlighted that DEFA is designed to dismantle barriers that currently impede small businesses. He illustrated the challenges with a practical example, noting the difficulties a Malaysian entrepreneur might face when trying to sell a product like sambal to neighboring countries due to customs and payment complications. The framework seeks to harmonize product classifications, expedite approval processes, and create integrated payment systems across member nations.

    The minister emphasized that the agreement will democratize international trade, making it more accessible. He stated that SMEs will no longer require extensive resources or consultants to manage complex export documentation, as processes will be streamlined and moved online. This inclusive approach is vital because SMEs constitute approximately 99 percent of all businesses in ASEAN, forming the economic backbone of the region, whereas free trade agreements have historically favored larger corporations.

    Beyond digital trade, the agenda also includes supporting SMEs in adapting to global sustainability standards. Minister Tengku Zafrul acknowledged that while large firms can invest heavily to meet environmental requirements, smaller enterprises need structured assistance. ASEAN has therefore established frameworks to help them comply with the growing demand for green and sustainable practices, which is increasingly important for market access.

    The broader ASEAN economic integration continues to attract significant foreign investment from major technology firms, which value the region’s combined market and integrated supply chains. This creates substantial job opportunities within member countries like Malaysia. The minister concluded that while Malaysia alone is a mid-sized economy, its participation in the ASEAN bloc—a collective of 680 million people with a multi-trillion dollar GDP—grants it far greater scale and influence, ultimately generating more opportunities for local businesses and workers.

  • Error: Requested Page Unavailable

    Article featured image

    The page you are looking for is currently unavailable. It may have been relocated, revised, or removed from our website.

    Please attempt a new search using the search function. Separate multiple terms with commas for better results.

    Alternatively, you can return to the homepage to continue browsing our content. We apologize for any inconvenience this may cause.

  • Malaysian SMEs poised to seize regional prospects under Asean digital economy framework

    Article featured image

    A new regional trade agreement is poised to significantly lower digital commerce barriers for small and medium-sized businesses across Southeast Asia. The upcoming ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) aims to simplify cross-border trade, making it easier for smaller enterprises to access the broader regional market. This initiative is a central topic for economic ministers gathering in Kuala Lumpur this week.

    Malaysia’s Investment, Trade and Industry Minister, Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Aziz, highlighted how DEFA will address common export challenges. He explained that current obstacles, such as differing customs procedures and payment system incompatibilities, often hinder small businesses. The agreement seeks to harmonize regulations, streamline approvals, and integrate digital payment platforms across member nations, allowing even a solo entrepreneur to export products seamlessly.

    The minister emphasized that the framework is designed to ensure inclusivity, as small and medium enterprises constitute the vast majority of businesses within ASEAN. Without such support, the benefits of regional trade agreements typically flow to large corporations. DEFA will also cover digital services, enabling professionals and freelancers to operate across borders, while additional programs will help smaller firms meet growing environmental and sustainability standards required for international markets.

    Beyond fostering digital trade, ASEAN’s economic integration continues to attract significant foreign investment by offering access to a combined market of 680 million people. Major global firms establish regional hubs in countries like Malaysia precisely because of their connection to this integrated supply chain. This dynamic generates local employment and reinforces the collective economic strength of the bloc, which boasts a combined GDP of US$3.8 trillion.

    The 57th ASEAN Economic Ministers’ Meeting is expected to advance discussions on finalizing DEFA by year’s end. Minister Tengku Zafrul noted that while Malaysia alone is a mid-sized economy, its participation in ASEAN substantially increases its global economic influence. This collective scale not only captures investor interest but also translates into tangible growth opportunities for local businesses and workers throughout the region.

  • Bantuan SARA dituntut 13 juta rakyat Malaysia, perbelanjaan mencecah RM1 bilion.

    Article featured image

    A significant government assistance program in Malaysia has reached a major milestone, with nearly 13 million eligible individuals utilizing the Sumbangan Asas Rahmah (SARA) initiative to purchase essential goods. The program has recorded total spending of RM1 billion, providing crucial support for households nationwide. This initiative is designed to help citizens afford basic necessities through direct financial aid.

    The program has seen particularly high participation rates in several states, demonstrating its broad accessibility. In Sabah, over 98 percent of the 1.2 million eligible recipients have used their benefits, while in Labuan, 65 percent of nearly 50,000 eligible individuals have redeemed their RM100 allocation. Finance Minister II Datuk Seri Amir Hamzah Azizan highlighted that redemption rates in states like Perlis, Kedah, Kelantan, Terengganu, Sabah, and Sarawak are among the highest in the country, countering claims that the MyKad redemption process poses difficulties for elderly or rural residents.

    Beyond assisting households, the program has also provided an economic boost to local businesses. The number of retail outlets participating in SARA has grown from 7,300 to more than 8,100 nationwide since the beginning of the year. Micro, small, and medium enterprises have reported stronger sales due to increased purchasing power among aid recipients, creating a positive ripple effect in local economies.

    The SARA program allows recipients to purchase a wide range of essential items including staple foods like rice, bread, and eggs, cooking necessities such as oil and flour, and other household goods. The initiative’s coverage was significantly expanded on April 1, increasing from 700,000 to 5.4 million recipients. Meanwhile, nearly nine million Malaysians are eligible for the separate Sumbangan Tunai Rahmah (STR) program, representing a comprehensive approach to supporting citizens’ basic needs.

  • RM1,1 miliar diinvestasikan NCT untuk InnoSphere di Kedah.

    Article featured image

    The official launch of NCT InnoSphere, the first certified Managed Industrial Park (MIP) in Northern Malaysia, at the Delapan Special Border Economic Zone (SBEZ) in Bukit Kayu Hitam, Kedah. KUALA LUMPUR: NCT Group of Companies (NCT Group), together with Northern Gateway (NGX), has launched NCT InnoSphere, adding to its portfolio of managed industrial parks (MIPs). The project, the first certified of its kind in the Delapan Special Border Economic Zone (SBEZ) in Bukit Kayu Hitam, Kedah, is planned as an eight-phase development with an estimated gross development value of RM1.10 billion. Under the joint development agreement, NCT Group will undertake planning, construction and ecosystem development, while NGX, as landowner and facilitator, will handle infrastructure works, utilities and regulatory coordination. Founder and group managing director Datuk Sri Yap Ngan Choy said the new park will boost long-term growth in the northern region and support national efforts to diversify logistics channels. “NCT InnoSphere is designed to harness the strengths of cross-border trade, logistics efficiency and smart infrastructure, creating a significant platform for advanced industries such as semiconductors, electrical and electronics, and smart logistics to flourish,” he said in a statement. “As with NSIP, our goal is to foster a resilient environment on a foundation of digital readiness and innovation,” he said. Like NCT’s earlier NSIP project, Yap said the new park aims to foster a resilient industrial ecosystem anchored on digital readiness and innovation. The project will comprise more than 230 units in semi-detached, detached, cluster, terrace and built-to-suit configurations to serve a range of businesses. The development has received a Silver Provisional GreenRE Certification, making it the first MIP in northern Malaysia with such recognition.

  • Bursa Malaysia naik tipis seiring optimisme regional.

    Article featured image

    Bursa Malaysia closed marginally higher on Monday, in tandem with the positive performance of regional peers, said an analyst. NSTP/HAIRUL ANUAR RAHIM At 5 pm, the FBM KLCI added 1.90 points to end at 1,610.95, compared with last Friday’s close. The benchmark index opened 0.70 of a point higher at 1,609.75, and moved between 1,606.76 and 1,613.53 throughout the day. The market breadth was, however, negative with decliners outnumbering gainers 645 to 459, while 487 counters were unchanged, 1,057 untraded, and 124 suspended. Turnover narrowed to 3.77 billion units worth RM2.47 billion, from 4.16 billion units worth RM3.17 billion on Friday. Rakuten Trade vice-president Thong Pak Leng noted that key regional indices ended higher with strong buying seen in electric vehicle (EV) and technology stocks. On the local front, he said the market had been showing healthier signs of participation, suggesting sentiment is slowly turning more upbeat. Despite remaining in consolidation mode, the benchmark index appears to be building strength, underpinned by improving confidence. “If this momentum continues, it could pave the way for an advance toward 1,620 points, reinforcing the cautiously optimistic outlook. Hence, we anticipate the FBM KLCI to trend within the range of 1,590-1,620 for the week,” Thong told Bernama. Among the heavyweight stocks, CIMB bounced 12 sen to RM7.37, Axiata rallied seven sen to RM2.67, and MRDIY rose five sen to RM1.67. CelcomDigi gained four sen to RM3.70, and IHH Healthcare added 10 sen to RM7.55. In active trade, EA Holdings, MTouche, and NexG were flat at half a sen, 6.5 sen, and 9.5 sen, respectively. Pharmaniaga added two sen to 28.5 sen, Tanco dropped two sen to 88 sen, and Velesto shaved half a sen to 24 sen. CBH Engineering gained three sen to 47 sen.