Author: editor

  • Batasi pembelian rumah untuk investasi, kata KJ dan Shahril

    Article featured image

    Kebijakan perumahan di Malaysia membutuhkan pendekatan baru untuk mengatasi ketimpangan antara pasokan dan permintaan properti. Mantan politisi Umno Khairy Jamaluddin dan Shahril Hamdan menilai solusi memperpanjang masa pinjaman perumahan yang diusulkan pemerintah justru berpotensi memperburuk masalah utang masyarakat.

    Dalam diskusi podcast Keluar Sekejap, keduanya menekankan bahwa akar masalahnya terletak pada dominasi properti mewah di pasar. Data menunjukkan 60% rumah tak terjual termasuk kategori harga tinggi yang tidak terjangkau mayoritas masyarakat. Alih-alih memperpanjang tenor kredit, mereka mengusulkan pembatasan kepemilikan rumah kedua atau ketiga untuk investasi.

    Khairy mengkritik praktik pengembang yang terus membangun perumahan premium tanpa mempertimbangkan daya beli riil. “Ketika produk mereka stagnan, mereka mendorong kebijakan seperti perpanjangan pinjaman yang sebenarnya hanya menguntungkan pihak developer,” tegasnya. Shahril menambahkan, kebijakan semacam ini berisiko membebani generasi muda dengan utang jangka panjang yang tidak sehat.

    Kedua tokoh sepakat bahwa solusi berkelanjutan harus fokus pada pengendalian harga melalui regulasi ketat terhadap spekulasi properti. Khairy menyebut skema pinjaman ultra-panjang sebagai “utang seumur hidup” yang hanya menunda krisis. “Ini bukan solusi, tapi bom waktu finansial,” tandas Shahril, seraya memperingatkan dampak populisme kebijakan semacam ini.

  • Pengembang berbasis di Seremban masuk dalam sepuluh besar Malaysia.

    Article featured image

    Matrix Concepts Holdings Berhad kembali mencatatkan prestasi gemilang dengan masuk dalam daftar 10 besar pengembang properti terbaik Malaysia versi The Edge Malaysia Top Property Developers Award 2024. Pencapaian ini semakin mengukuhkan reputasi perusahaan sebagai salah satu pelaku utama industri properti di negeri jiran.

    Menurut Tan Sze Chee, Co-CEO divisi Pengembangan Properti Matrix Concepts, penghargaan ini tidak hanya mencerminkan kualitas proyek yang dikembangkan, tetapi juga menegaskan konsistensi perusahaan dalam memberikan nilai tambah bagi pelanggan. “Keberhasilan meraih posisi ini selama empat tahun berturut-turut membuktikan komitmen kami terhadap standar tertinggi,” ungkapnya.

    Faktor utama yang mendorong kesuksesan Matrix Concepts adalah pendekatan inovatif dalam memenuhi kebutuhan pasar. Perusahaan tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, tetapi juga menciptakan komunitas yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup penghuninya.

    Prestasi ini sekaligus menjadi bukti nyata bahwa Matrix Concepts terus berkembang sebagai pengembang yang progresif dan tepercaya. Dengan fokus pada inovasi dan kepuasan pelanggan, perusahaan siap mempertahankan posisinya di puncak industri properti Malaysia.

  • Tema pusat data kehilangan kilaunya, kata JP Morgan

    Article featured image

    Setelah menjadi primadona di pasar modal tahun lalu, industri pusat data kini menunjukkan tanda-tanda kelelahan di Malaysia. Gelombang investasi besar-besaran yang sempat mendongkrak saham sektor konstruksi dan properti mulai kehilangan momentum, dengan analis memprediksi tekanan berkelanjutan di tahun 2025.

    Laporan terbaru JPMorgan menyoroti risiko signifikan yang dihadapi sektor ini, terutama setelah pemerintah AS memperketat ekspor chip dan teknologi AI. Kebijakan ini berpotensi mengganggu 66% dari rencana pembangunan pusat data berkapasitas 4 gigawatt di Malaysia. Dampaknya langsung terasa di bursa, dengan saham perusahaan konstruksi dan pengembang properti terkait pusat data mengalami penurunan tajam.

    Dua raksasa konstruksi, Sunway Construction Group (SunCon) dan Gamuda, menjadi sorotan utama. SunCon, yang sebelumnya mencatat kenaikan lebih dari 100% pada 2024, kini terpuruk dengan penurunan 24% sejak awal tahun. Eksposur besar perusahaan terhadap proyek pusat data—mencakup lebih dari separuh portofolio pesanannya—menjadikannya sangat rentan. Sementara itu, Gamuda, meski terdiversifikasi dengan proyek kereta api dan energi terbarukan, tetap mengalami koreksi 12,3%.

    Tidak hanya konstruksi, pengembang properti yang terlibat dalam proyek pusat data juga merasakan tekanan. Mah Sing Group dan Sime Darby Property masing-masing kehilangan 23% dan 13% nilai sahamnya tahun ini. Bahkan Eco World Development, yang sebelumnya diuntungkan oleh sentimen positif pusat data, kini mencatat penurunan 14%.

  • Meningkatkan skala di tengah keuntungan yang kuat

    Article featured image

    Di tengah ketidakpastian ekonomi global, IOI Properties Group berhasil mencatatkan kinerja yang mengesankan pada tahun fiskal 2024. Perusahaan properti terkemuka Malaysia ini menunjukkan ketahanan bisnisnya dengan pertumbuhan pendapatan 13% menjadi RM2,94 miliar, didorong oleh strategi ekspansi yang matang dan diversifikasi portofolio.

    Sektor pengembangan properti tetap menjadi tulang punggung bisnis grup, menyumbang 69% dari total pendapatan. Pencapaian ini didukung oleh penjualan lahan di Johor dan proyek-proyek baru seperti pembangunan Kota Senna Puteri di Sepang. Sementara itu, segmen investasi properti melonjak 32% berkat operasional IOI City Mall Fase 2 dan penyewaan awal menara perkantoran premium IOI Central Boulevard Towers di Singapura.

    Di sektor perhotelan dan rekreasi, grup ini mencatat pertumbuhan 25% dengan pembukaan Moxy Putrajaya—hotel Moxy pertama di Asia Tenggara—dan akuisisi W Kuala Lumpur. Tidak hanya itu, renovasi Palm Garden Hotel dan Palm Garden Golf Club turut memperkuat posisi IOI Properties sebagai pemain utama dalam industri hospitality.

    Ke depan, IOI Properties berencana memperluas portofolionya dengan akuisisi strategis, termasuk Tropicana Gardens Mall dan Courtyard by Marriott Penang. Dengan proyek-proyek baru seperti W Residences Marina View di Singapura, grup ini optimis dapat mempertahankan momentum pertumbuhan di tengah tantangan ekonomi global.

  • Sime Darby Property meraih posisi teratas di The Edge Malaysia Top Property Developers Awards 2024.

    Article featured image

    Sime Darby Property Bhd kembali mencatatkan prestasi gemilang dengan menyabet gelar pengembang properti terbaik dalam The Edge Malaysia Top Property Developers Awards (TPDA) 2024. Penghargaan bergengsi ini menandai kemenangan kedua bagi perusahaan setelah sebelumnya meraih posisi puncak pada 2009, sekaligus membawa pulang sub-penghargaan Best in Qualitative Attributes.

    TPDA yang telah memasuki tahun ke-22 ini menjadi bagian dari The Edge Malaysia Property Excellence Awards (TEPEA) 2024. Acara penghargaan digelar secara meriah di Mandarin Oriental, Kuala Lumpur pada 11 November lalu, dihadiri oleh sejumlah tokoh industri termasuk Menteri Perumahan dan Pemerintah Daerah Nga Kor Ming. Penilaian ketat dilakukan berdasarkan aspek kualitatif seperti inovasi, kualitas produk, dan nilai tambah, serta parameter kuantitatif meliputi kinerja keuangan dan stabilitas perusahaan.

    Datuk Seri Azmir Merican, Direktur Pelaksana Grup Sime Darby Property, menyampaikan rasa syukur atas pencapaian ini. “Penghargaan ini adalah buah dari kerja keras tim selama bertahun-tahun. Kami berkomitmen untuk terus memberikan nilai terbaik bagi masyarakat dan lingkungan,” ujarnya. Sementara itu, Sunway Bhd dan Mah Sing Group Bhd masing-masing menempati posisi penting dalam daftar sepuluh besar, dengan Gamuda Land dan KSL Holdings Bhd juga meraih sub-penghargaan khusus.

    Dalam sambutannya, Datuk Ho Kay Tat dari The Edge Media Group menekankan pentingnya konsistensi dalam industri properti. “Seperti rapor sekolah, peringkat bisa berubah setiap tahun. Namun, yang terpenting adalah ketahanan menghadapi dinamika pasar,” katanya. Menteri Nga turut mengingatkan perlunya pembangunan berkelanjutan seiring meningkatnya urbanisasi di Malaysia, yang diprediksi mencapai 80% populasi perkotaan pada 2030.

  • Pengembangan Properti di Malaysia di Tengah Pandemi COVID-19: Masalah Pertumbuhan Modal atau Keterjangkauan Perumahan?

    Article featured image

    Pandemi COVID-19 telah mengubah lanskap kebijakan perumahan di berbagai negara, termasuk Malaysia. Di tengah upaya pemulihan ekonomi, isu keterjangkauan hunian semakin mencuat, terutama terkait program Malaysia My Second Home (MM2H) yang justru dinilai memperparah ketimpangan pasokan properti.

    Program MM2H yang digagas sejak 2002 memang dirancang untuk menarik investor asing dengan iming-iming izin tinggal jangka panjang. Namun, kebijakan ini turut memicu lonjakan proyek properti mewah, sementara kebutuhan perumahan terjangkau bagi warga lokal justru terabaikan. Data menunjukkan, pada semester pertama 2020, terdapat lebih dari 31.000 unit rumah tak terjual di Malaysia, dengan Johor dan Selangor sebagai wilayah dengan kelebihan pasokan terbesar.

    Fenomena ini semakin kompleks dengan hadirnya proyek-proyek megah seperti Forest City dan pengembangan di Iskandar Puteri, yang lebih berorientasi pada pasar spekulatif internasional. Pengembang besar, termasuk dari China, memanfaatkan celah kebijakan untuk membangun hunian premium tanpa kontribusi signifikan bagi penyediaan rumah terjangkau. Akibatnya, terjadi ketimpangan antara permintaan lokal dan proyek-proyek properti yang justru mengincar pembeli asing.

    Pandemi COVID-19 semakin memperburuk situasi, dengan pembatasan pergerakan yang berdampak pada lesunya pasar properti internasional. Meski pemerintah menurunkan ambang harga properti untuk peserta MM2H guna menyerap kelebihan pasokan, langkah ini dinilai belum menyentuh akar masalah. Tanpa penyesuaian kebijakan yang lebih inklusif, ketidakseimbangan antara kepentingan pengembang dan kebutuhan masyarakat akan terus menjadi tantangan besar di sektor perumahan Malaysia.

  • Nestcon akan melakukan diversifikasi ke pengembangan properti saat bersama-sama mengerjakan proyek apartemen di PJ.

    Article featured image

    KUALA LUMPUR berencana memperluas portofolio bisnisnya dengan meluncurkan proyek properti patungan di kawasan strategis Petaling Jaya Selatan. Langkah ini diambil untuk menciptakan aliran pendapatan baru di luar sektor konstruksi dan energi terbarukan yang selama ini menjadi tulang punggung perusahaan.

    Proyek pengembangan campuran ini akan mencakup unit komersial dan 480 apartemen layanan, dengan nilai proyeksi mencapai RM211,7 juta. Nestcon PJS, anak perusahaan KUALA LUMPUR, bertanggung jawab atas penjualan, pemasaran, dan konstruksi, sementara mitra patungannya, Kumpulan Wilayah Sejati, menyediakan lahan. Proyek ini dijadwalkan dimulai akhir 2025 dan ditargetkan rampung dalam lima tahun.

    Selain proyek patungan, perusahaan juga mengakuisisi tiga unit kantor di Puchong senilai RM15,1 juta untuk dijadikan kantor korporat baru. Akuisisi ini dinilai strategis untuk mendukung ekspansi operasional dan pengembangan SDM. Namun, transaksi ini melibatkan pihak terkait karena keterkaitan kepemilikan dengan direktur utama Nestcon.

    Pendanaan untuk kedua inisiatif ini akan bersumber dari dana internal dan pinjaman bank. Hingga akhir 2024, Nestcon memiliki kas sebesar RM82,74 juta dengan utang bank sekitar RM203,33 juta. Dengan diversifikasi ini, perusahaan berharap kontribusi properti terhadap laba bersih dapat mencapai minimal 25% di masa depan.

  • Pembeli menggugat Iskandar Investment Berhad ke pengadilan terkait SPA

    Article featured image

    Konflik hukum terbaru di Johor, Malaysia, mempertemukan 63 warga dengan dua entitas besar: Iskandar Investment Berhad (IIB) dan pengembang Distinctive Resources. Kasus ini bermula dari pembelian properti di kawasan Medini Iskandar Malaysia (MIM) sepuluh tahun silam, di mana para pembeli merasa dikelabui mengenai status kepemilikan unit yang mereka beli.

    Persoalan utamanya terletak pada perbedaan interpretasi istilah “sewa” dalam perjanjian jual beli. Para penggugat mengira mereka mendapatkan hak sewa yang memberikan kepemilikan strata title, tetapi ternyata mereka hanya menerima skema sewa privat. Perbedaan ini sangat krusial karena pemegang sewa privat tidak memiliki hak kepemilikan atas properti, sementara hak sewa seharusnya memberikan kepastian hukum berupa strata title.

    IIB, perusahaan investasi milik pemerintah Malaysia dan Johor, sebelumnya telah terlibat dalam kasus serupa yang dimenangkan oleh penggugat pada 2020. Dalam kasus terbaru ini, IIB disebutkan telah menyewakan tanah di MIM kepada anak perusahaannya, Medini Land, yang kemudian bekerja sama dengan Distinctive Resources untuk mengembangkan properti Iskandar Residences. Uniknya, IIB sempat memegang 20% saham Distinctive Resources melalui Medini Land hingga 2013.

    Para penggugat merasa dirugikan karena mereka baru menyadari status sebenarnya pada Desember 2023 setelah salah satu di antara mereka gagal mendapatkan strata title. Salah seorang penggugat mengungkapkan kekecewaannya, “Kami membayar mahal untuk properti yang ternyata tidak benar-benar kami miliki.” Kasus ini kembali menyoroti pentingnya transparansi dalam transaksi properti, terutama ketika melibatkan entitas pemerintah dan pengembang swasta.

  • Perumahan mewah senilai $100 miliar Malaysia seharusnya menjadi surga hidup. Namun, setelah 6 tahun pengembangan, tempat ini berubah menjadi kota hantu penuh gedung pencakar langit kosong dan jalanan sepi — lihatlah.

    Article featured image

    Di jantung Johor Bahru, Malaysia, sebuah megaproyek properti bernama Forest City berdiri megah dengan visi menjadi kota mandiri modern. Dikembangkan oleh Country Garden, raksasa properti asal China, kawasan seluas 1.740 hektar ini dirancang untuk menampung hingga 700.000 penduduk.

    Namun realitasnya jauh dari harapan. Data tahun 2019 menunjukkan hanya sekitar 500 orang yang menghuni kawasan tersebut, jauh di bawah proyeksi awal. Meski ada klaim bahwa jumlah penghuni kini mencapai ribuan, angka tersebut tetap kurang dari 5% target yang ditetapkan.

    Para ahli enggan berkomentar secara terbuka karena sensitivitas proyek ini. Country Garden sendiri memilih untuk tidak merespons pertanyaan terkait tingkat hunian di Forest City.

    Proyek ambisius ini menjadi contoh nyata kesenjangan antara rencana pembangunan dan realitas pasar. Dengan lokasi strategis di dekat Singapura, nasib Forest City masih menjadi bahan perdebatan di kalangan pengamat properti regional.

  • LBS Bina Group Raih Puncak Kategori di Malaysia Developer Awards 2024

    Article featured image

    LBS Bina Group Bhd kembali mencatat prestasi gemilang dengan meraih penghargaan Top of the Chart dalam ajang Malaysia Developer Awards 2024. Penghargaan bergengsi ini menempatkan perusahaan properti tersebut sebagai salah satu dari sepuluh pengembang terbaik dalam kategori kapitalisasi pasar di atas RM1 miliar, mengukuhkan posisinya sebagai pemain utama di industri.

    MDA yang digelar oleh Star Media Group bersama FIABCI-Malaysia menjadi ajang penting dalam menilai kinerja perusahaan pengembang properti. Kriteria penilaian mencakup stabilitas keuangan, tata kelola perusahaan, serta komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan. LBS Bina dinilai unggul dalam semua aspek tersebut, membuktikan ketahanan bisnisnya di tengah dinamika pasar.

    Dalam pidato penerimaan penghargaan di JW Marriott Hotel Kuala Lumpur, Tan Sri Datuk Sri Ir. (Dr.) Lim Hock San menyampaikan rasa syukur atas pencapaian ini. Ia menekankan bahwa penghargaan ini bukan sekadar pengakuan, melainkan juga motivasi untuk terus berinovasi. “Ekspansi ke sektor energi terbarukan menjadi bukti keseriusan kami dalam menerapkan praktik ramah lingkungan,” ujar Ketua Eksekutif Grup tersebut.

    Ke depan, LBS Bina bertekad untuk terus meningkatkan kualitas proyek-proyeknya sambil memperkuat dampak positif terhadap lingkungan. Dengan strategi yang matang, perusahaan ini siap mempertahankan kepemimpinan di industri properti Malaysia sekaligus berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.