Kebakaran Hong Kong: Pekerja rumah tangga migran butuh dukungan dan penghiburan.

Di tengah kepulihan pasca-tragedi, para pekerja migran di Hong Kong menghadapi realita pahit tentang kerentanan posisi mereka. Banyak dari mereka yang kini terjebak dalam ketidakpastian setelah kehilangan rekan-rekan kerja dalam insiden kebakaran mematikan di Wang Fuk Court. Data dari berbagai konsulat menunjukkan puluhan pekerja migran masih dinyatakan hilang, menambah kepedihan situasi yang sudah memilukan.

Komunitas pekerja migran, yang sebagian besar berasal dari Filipina dan Indonesia, mengadakan acara doa bersama di Victoria Park pada akhir pekan lalu. Ratusan peserta berkumpul dengan wajah penuh duka, mengenang korban yang menjadi korban kebakaran terparah di Hong Kong dalam lebih dari satu abad terakhir. Suara isak tangis terdengar di antara doa-doa yang dipanjatkan.

Dari total 146 korban jiwa, setidaknya sepuluh di antaranya merupakan pekerja migran domestik. Kelompok pekerja ini sering kali kurang mendapat perhatian padahal jumlahnya mencapai hampir 370.000 orang dan memegang peran penting dalam merawat lansia dan anak-anak di kota dengan populasi menua ini. Hari Minggu biasanya menjadi satu-satunya hari libur bagi mereka.

Para peserta acara doa menyampaikan kepada AFP mengenai berbagai kendala dalam upaya penanganan pasca-bencana. Banyak yang mengungkapkan kekecewaan atas kurang memadainya dukungan untuk para penyintas. Kisah-kisah tentang teman yang masih hilang terus menjadi perhatian utama dalam komunitas pekerja migran yang sedang berduka ini.