
Harga emas dunia kembali mencatatkan rekor tertinggi baru di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik global. Aset safe haven ini menguat didorong kekhawatiran akan penutupan pemerintah AS serta data ketenagakerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
Pada perdagangan Rabu waktu setempat, spot gold naik 0.4 persen menjadi US$3,872.87 per ons, sementara futures emas AS untuk pengiriman Desember meningkat 0.7 persen ke level US$3,901.40. Indeks dolar yang bertahan di posisi terendah satu minggu turut mendukung kenaikan harga emas, menjadikan logam mulia ini lebih terjangkau bagi pembeli internasional.
Faktor politik turut memberikan tekanan signifikan terhadap pasar, dimana Senat AS gagal mengesahkan undang-undang perpanjangan anggaran pemerintah. Situasi ini diperparah dengan ancaman Presiden Donald Trump untuk melakukan pemotongan tenaga kerja federal tambahan. Laporan JOLTS yang dirilis Selasa juga menunjukkan pertumbuhan lowongan kerja AS yang marginal di bulan Agustus, mengindikasikan pelemahan kondisi pasar tenaga kerja.
Analis pasar memprediksi peluang penurunan suku bunga The Fed sebesar 97 persen untuk pemotongan 25 basis points bulan ini, dan 76 persen pada Desember menurut CME Group’s FedWatch tool. Michael Hsueh, analis logam mulia Deutsche Bank, menyatakan sulit melihat akhir dari rally emas dalam waktu dekat, dengan proyeksi penguatan berlanjut jangka pendek.
Di pasar logam mulia lainnya, silver spot melonjak 1.5 persen ke US$47.39 per ons, mencapai level tertinggi dalam lebih dari 14 tahun. Platinum dan palladium juga menguat masing-masing 1.4 persen dan 0.9 persen, mengikuti tren positif sektor komoditas berharga di tengah lingkungan suku bunga rendah yang mendukung aset non-yielding.