
Harga minyak dunia menunjukkan stabilitas di tengah tarik-menarik antara rencana peningkatan produksi OPEC+ dan data persediaan AS yang mengejutkan. Brent crude untuk pengiriman Desember naik tipis 12 sen menjadi US$66,15 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) AS juga menguat 12 sen ke level US$62,49 per barel. Kenaikan kecil ini terjadi setelah dua hari penurunan signifikan yang mencapai lebih dari 3 persen pada Senin dan 1,5 persen pada Selasa.
Faktor utama yang menahan laju penurunan harga adalah laporan mengejutkan dari American Petroleum Institute tentang penyusutan stok minyak mentah AS. Data menunjukkan penurunan 3,67 juta barel untuk minggu yang berakhir 26 September, meskipun inventori bensin dan distilat justru mengalami kenaikan masing-masing 1,3 juta barel dan 3 juta barel. Kondisi ini menciptakan dinamika kompleks di pasar energi global.
Sementara itu, spekulasi mengenai rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi hingga 500.000 barel per hari pada November mendatang terus mengemuka. Tiga sumber yang familiar dengan pembicaraan mengungkapkan bahwa delapan anggota kartel yang memproduksi setengah minyak dunia sedang mempertimbangkan kenaikan antara 274.000 hingga 411.000 barel per hari. Namun, OPEC secara resmi membantah laporan media mengenai rencana peningkatan produksi tersebut melalui platform X.
Dalam perkembangan geopolitik terkait, Presiden Donald Trump berhasil mendapatkan dukungan Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk proposal perdamaian Gaza yang didukung AS, meskipun posisi Hamas masih belum jelas. Kombinasi faktor fundamental minyak dan dinamika politik ini menciptakan lingkungan perdagangan yang kompleks untuk komoditas energi, dengan trader terus memantau perkembangan dari kedua sisi persamaan pasar.