Tema pusat data kehilangan kilaunya, kata JP Morgan

Article featured image

Setelah menjadi primadona di pasar modal tahun lalu, industri pusat data kini menunjukkan tanda-tanda kelelahan di Malaysia. Gelombang investasi besar-besaran yang sempat mendongkrak saham sektor konstruksi dan properti mulai kehilangan momentum, dengan analis memprediksi tekanan berkelanjutan di tahun 2025.

Laporan terbaru JPMorgan menyoroti risiko signifikan yang dihadapi sektor ini, terutama setelah pemerintah AS memperketat ekspor chip dan teknologi AI. Kebijakan ini berpotensi mengganggu 66% dari rencana pembangunan pusat data berkapasitas 4 gigawatt di Malaysia. Dampaknya langsung terasa di bursa, dengan saham perusahaan konstruksi dan pengembang properti terkait pusat data mengalami penurunan tajam.

Dua raksasa konstruksi, Sunway Construction Group (SunCon) dan Gamuda, menjadi sorotan utama. SunCon, yang sebelumnya mencatat kenaikan lebih dari 100% pada 2024, kini terpuruk dengan penurunan 24% sejak awal tahun. Eksposur besar perusahaan terhadap proyek pusat data—mencakup lebih dari separuh portofolio pesanannya—menjadikannya sangat rentan. Sementara itu, Gamuda, meski terdiversifikasi dengan proyek kereta api dan energi terbarukan, tetap mengalami koreksi 12,3%.

Tidak hanya konstruksi, pengembang properti yang terlibat dalam proyek pusat data juga merasakan tekanan. Mah Sing Group dan Sime Darby Property masing-masing kehilangan 23% dan 13% nilai sahamnya tahun ini. Bahkan Eco World Development, yang sebelumnya diuntungkan oleh sentimen positif pusat data, kini mencatat penurunan 14%.