Pengembang properti lebih optimis pada semester pertama 2025 dibandingkan semester kedua 2024 — survei Rehda

Article featured image

Sentimen industri properti Malaysia menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun masih diwarnai kehati-hatian di tengah tantangan pasar. Survei terbaru Rehda Malaysia mengungkapkan bahwa 26% pengembang di Semenanjung Malaysia optimis dengan prospek sektor perumahan pada paruh pertama 2025, meningkat dibandingkan ekspektasi untuk paruh kedua 2024 yang hanya 22%.

Faktor pendorong optimisme ini meliputi stabilitas ekonomi, inflasi yang terkendali, serta apresiasi nilai ringgit. Datuk Ho Hon Sang, Presiden Rehda Malaysia, menekankan bahwa masuknya investasi asing, termasuk pembangunan pusat data, turut berkontribusi pada prospek positif ini. Namun, mayoritas pengembang masih mengambil pendekatan wait-and-see dengan 56% tidak berencana meluncurkan proyek baru di paruh kedua 2024.

Tantangan utama yang dihadapi industri meliputi kenaikan harga material konstruksi seperti kaca, semen, dan pasir yang melonjak lebih dari 10%. Untuk mengatasinya, pengembang terpaksa mengoptimalkan margin keuntungan, menaikkan harga jual, atau beralih ke desain rumah yang lebih efisien. Selain itu, keterbatasan permintaan dan stok yang belum terjual juga memengaruhi keputusan bisnis mereka.

Dalam menyambut Anggaran 2025, Rehda mengajukan sejumlah rekomendasi termasuk insentif bagi pengembang perumahan terjangkau dan penghapusan pungutan HRD Corp sebesar 1%. Asosiasi juga mendorong penggunaan teknologi seperti big data dan AI untuk memetakan kebutuhan perumahan secara lebih akurat. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi subsidi silang dan mendorong pembangunan berkelanjutan di sektor properti.