Perekonomian China mulai menunjukkan geliat positif di sektor properti, ditandai dengan meningkatnya persaingan di antara pengembang untuk memperebutkan lahan premium di lokasi-lokasi strategis. Fenomena ini muncul seiring dengan relaksasi regulasi harga tanah oleh pemerintah daerah dan perubahan preferensi konsumen yang kini lebih mengutamakan hunian berkualitas tinggi. Data terbaru dari China Index Academy mengungkapkan, premi lahan di 22 kota besar telah stabil di kisaran 20 persen selama empat bulan terakhir, jauh melampaui angka 5-10 persen yang tercatat awal tahun ini.
Sinyal pemulihan semakin jelas terlihat di beberapa kota utama. Di Nanjing, sebuah lahan di distrik Hexi terjual dengan premi mencapai 43 persen, rekor tertinggi sejak 2020. Sementara itu, di Hangzhou, Binjiang Real Estate Group mengeluarkan dana hingga 5,2 miliar yuan untuk memperoleh sebidang tanah dengan premi hampir 70 persen. Transaksi besar-besaran ini menunjukkan kembalinya kepercayaan pelaku pasar meskipun tantangan struktural seperti masalah likuiditas masih membayangi.
Menurut Ma Qianli dari CRIC, kebangkitan aktivitas lelang tanah di awal tahun ini memberikan angin segar bagi industri properti China. Ia memprediksi bahwa pemulihan akan semakin menguat di paruh kedua 2025, didorong oleh program pembangunan kembali kawasan perkotaan. Optimisme ini kontras dengan situasi beberapa tahun silam ketika krisis properti melanda akibat pengetatan kredit dan penurunan minat pembeli.
Pasar yang sempat lesu selama pandemi kini mulai bergerak lagi, meskipun pemerintah daerah masih menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas fiskal yang selama ini bergantung pada penjualan lahan. Dengan kebijakan yang lebih fleksibel dan permintaan yang mulai pulih, sektor properti China berpotensi memasuki fase pemulihan yang lebih berkelanjutan dalam waktu dekat.