Anggaran 2026 diprediksi akan menciptakan dampak ganda pada sektor properti Malaysia, dengan meningkatkan pasokan rumah terjangkau sekaligus mendorong permintaan properti mewah. Menurut Kashif Ansari, co-founder dan CEO grup Juwai IQI, paket kebijakan fiskal ini akan memperkuat fondasi pasar properti melalui kombinasi subsidi tepat sasaran, investasi infrastruktur besar-besaran, dan program pertumbuhan dalam Rencana Malaysia ke-13. Pendekatan ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan perumahan berbagai segmen masyarakat secara simultan.
Analisis mendetail menunjukkan bahwa bantuan tunai Sumbangan Tunai Rahmah (STR) dan Sumbangan Asas Rahmah (Sara) senilai RM15 miliar menjadi katalis utama peningkatan akses kepemilikan rumah. Sebagai ilustrasi, keluarga dengan pendapatan RM3,000 per bulan dapat meningkatkan kemampuan pembelian properti dari RM209,000 menjadi RM279,000 berkat tambahan RM300 dari program bantuan pemerintah. Demikian pula, rumah tangga berpenghasilan RM4,850 bulanan mengalami peningkatan daya beli dari RM339,000 menjadi lebih dari RM408,000, yang sebanding dengan harga unit rumah terjangkau baru di pusat kota.
Faktor pendukung lainnya termasuk penurunan biaya pinjaman perumahan menyusul pemotongan suku bunga kebijakan overnight Juli lalu menjadi 2,75 persen. Pemerintah juga melanjutkan Skema Pembiayaan Step-Up melalui Syarikat Jaminan Kredit Perumahan Bhd dan mempertahankan keringanan pajak bunga hipotek tiga tahun untuk properti bernilai RM500,000 hingga RM750,000 hingga akhir 2027. Kebijakan-kebijakan ini mencerminkan transformasi strategis dari subsidi menyeluruh menjadi bantuan terarah yang lebih efektif mendorong kemandirian finansial masyarakat.
Dampak jangka panjang Anggaran 2026 semakin diperkuat melalui insentif investasi di sektor bernilai tinggi seperti semikonduktor, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan. Pengembangan ekosistem industri ini akan menciptakan lapangan kerja bergaji tinggi dan menarik talenta asing, yang pada gilirannya mendukung permintaan properti di semua segmen pasar. Data transaksi properti Malaysia yang mencapai rekor dekade pada 2024 dengan 420.525 transaksi senilai RM232,3 miliar mengindikasikan fondasi pasar yang solid, meski terjadi penurunan volume 1,3 persen pada paruh pertama 2025.
Proyeksi pertumbuhan transaksi pada paruh kedua 2025 dan 2026 didukung oleh megaproyek infrastruktur seperti Johor Baru–Singapore Rapid Transit System Link, Zona Ekonomi Khusus Johor–Singapore, dan MRT3. Kombinasi antara stimulus fiskal, pembangunan infrastruktur strategis, dan kondisi ketenagakerjaan yang kuat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemulihan berkelanjutan pasar properti Malaysia dalam jangka menengah hingga panjang.