Kebijakan perumahan di Malaysia membutuhkan pendekatan baru untuk mengatasi ketimpangan antara pasokan dan permintaan properti. Mantan politisi Umno Khairy Jamaluddin dan Shahril Hamdan menilai solusi memperpanjang masa pinjaman perumahan yang diusulkan pemerintah justru berpotensi memperburuk masalah utang masyarakat.
Dalam diskusi podcast Keluar Sekejap, keduanya menekankan bahwa akar masalahnya terletak pada dominasi properti mewah di pasar. Data menunjukkan 60% rumah tak terjual termasuk kategori harga tinggi yang tidak terjangkau mayoritas masyarakat. Alih-alih memperpanjang tenor kredit, mereka mengusulkan pembatasan kepemilikan rumah kedua atau ketiga untuk investasi.
Khairy mengkritik praktik pengembang yang terus membangun perumahan premium tanpa mempertimbangkan daya beli riil. “Ketika produk mereka stagnan, mereka mendorong kebijakan seperti perpanjangan pinjaman yang sebenarnya hanya menguntungkan pihak developer,” tegasnya. Shahril menambahkan, kebijakan semacam ini berisiko membebani generasi muda dengan utang jangka panjang yang tidak sehat.
Kedua tokoh sepakat bahwa solusi berkelanjutan harus fokus pada pengendalian harga melalui regulasi ketat terhadap spekulasi properti. Khairy menyebut skema pinjaman ultra-panjang sebagai “utang seumur hidup” yang hanya menunda krisis. “Ini bukan solusi, tapi bom waktu finansial,” tandas Shahril, seraya memperingatkan dampak populisme kebijakan semacam ini.