Di tengah ambisi megah pembangunan global, Forest City di Johor, Malaysia, muncul sebagai contoh nyata bagaimana proyek raksasa bisa berubah menjadi kota hantu. Kompleks senilai $100 miliar ini, yang digadang-gadang sebagai “surga impian” oleh pengembang China Country Garden, kini lebih mirip latar film dystopia ketimbang kota futuristik yang dijanjikan.
Kisah Nazmi Hanafiah, mantan penghuni yang kabur setelah enam bulan, menggambarkan betapa suramnya kenyataan di balik menara-menara megah tersebut. “Aku tak tahan dengan kesepian di sini,” ujarnya, sambil menatap blok apartemen yang hampir kosong. Proyek yang awalnya menargetkan satu juta penduduk ini kini hanya terisi sekitar 1%, dengan sebagian besar unit terbengkalai atau bahkan belum selesai dibangun.
Lokasi terpencil Forest City, dibangun di atas pulau reklamasi jauh dari pusat kota Johor Bahru, menjadi salah satu faktor utama kegagalannya. Minimnya fasilitas dan akses membuat calon penyewa enggan, sementara harga properti yang mahal hanya terjangkau oleh investor China—yang ternyata tak kunjung datang. Pusat perbelanjaan yang sepi, taman bermain tak terurus, dan kereta mainan yang berputar tanpa penumpang menambah kesan angker tempat ini.
Meski Country Garden mengklaim tetap optimis, krisis utang mereka senilai $200 miliar membuat masa depan Forest City semakin suram. Bagi warga lokal seperti Joanne Kaur, yang termasuk segelintir penghuni, hidup di sini adalah pengalaman yang menakutkan. “Koridor gelap dan blok apartemen kosong membuat suasana seperti horor,” katanya. Tanpa perubahan signifikan, Forest City mungkin selamanya akan menjadi simbol ambisi yang gagal.