Bagaimana Politik Malaysia Membentuk Kesepakatan Properti Tiongkok dan Pembangunan Ekonomi

Article featured image

China telah membangun pengaruhnya secara global dengan pendekatan yang lebih halus daripada yang sering dibahas. Alih-alih memaksakan model pembangunan secara kaku, aktor-aktor China justru menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa dengan berkolaborasi melalui institusi lokal dan menghormati norma-norma regional. Proyek penelitian Carnegie Endowment yang didanai Ford Foundation mengungkap strategi ini di tujuh wilayah berbeda, mulai dari adaptasi produk keuangan syariah di Asia Tenggara hingga pelatihan tenaga kerja di Asia Tengah.

Kasus Iskandar Malaysia menjadi contoh nyata dinamika kompleks ini. Sebagai koridor ekonomi utama di Johor, kawasan ini menarik investasi besar-besaran dari perusahaan properti China pasca peluncuran BRI tahun 2013. Meski memberikan stimulus ekonomi, kehadiran investor China justru memicu ketegangan politik antara pemerintah pusat Malaysia dan pemerintah negara bagian Johor. Proyek-proyek mewah seperti Princess Cove dan Forest City yang tak terjangkau masyarakat lokal akhirnya berkontribusi pada kekalahan mengejutkan partai UMNO dalam pemilu 2018.

Dampak krisis finansial Asia 1997 menjadi titik balik penting bagi kebijakan ekonomi Malaysia. Pemerintah di Putrajaya kemudian menggeser fokus ke investor Asia, termasuk China yang sedang mengalami pertumbuhan pesat. Strategi pembangunan koridor ekonomi regional di pertengahan 2000-an dirancang untuk menarik modal asing sekaligus mendorong pemerataan pembangunan di berbagai wilayah Malaysia. Namun pendekatan ini justru menciptakan dinamika politik baru antara pemerintah pusat dan daerah.

Pengalaman Iskandar Malaysia memberikan pelajaran berharga tentang kompleksitas investasi asing di era globalisasi. Proyek-proyek China yang awalnya dipandang sebagai berkah ekonomi ternyata bisa berubah menjadi bumerang politik ketika tidak sensitif terhadap kondisi lokal. Kasus ini menunjukkan bahwa keberlanjutan investasi tidak hanya ditentukan oleh keuntungan finansial, tetapi juga oleh kemampuan beradaptasi dengan realitas sosio-politik di tingkat akar rumput.