Survei industri menunjukkan para pengembang optimis penjualan properti akan meningkat, tetapi tetap waspada terhadap biaya yang terus naik.

Article featured image

Sektor properti Malaysia menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun menghadapi berbagai tantangan operasional. Survei terbaru dari Real Estate and Housing Developers’ Association (Rehda) mengungkapkan bahwa 50% lebih pengembang memperkirakan peningkatan penjualan pada semester kedua tahun ini, menandai tingkat optimisme tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Meski demikian, kinerja industri masih tertekan dengan penurunan 7% peluncuran unit baru dan penjualan yang anjlok 45% pada paruh kedua 2024 dibandingkan periode sebelumnya. Presiden Rehda Datuk Ho Hon Sang menjelaskan bahwa penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh pengembang yang lebih fokus menyelesaikan proyek di awal tahun. Survei ini melibatkan 127 anggota Rehda di Semenanjung Malaysia.

Biaya operasional yang meningkat menjadi salah satu hambatan utama, dengan 3-6% kenaikan biaya yang dilaporkan oleh sebagian besar pengembang. Faktor lain seperti kenaikan harga material, kelangkaan pasokan, dan keterbatasan tenaga kerja juga memengaruhi sektor ini. Ho menekankan bahwa meskipun pemerintah berupaya mengatasi masalah tersebut, dampaknya tetap memberatkan industri dan perekonomian secara keseluruhan.

Inventaris properti yang belum terjual mencapai 41%, terutama di kisaran harga RM400.001 hingga RM500.000, dengan mayoritas berupa unit residensial berpengelola. Penolakan pembiayaan dan rendahnya permintaan menjadi penyebab utama, sering kali terkait dengan ketidakmampuan finansial calon pembeli. Di tengah ketidakpastian ini, banyak pengembang memilih strategi penghematan, termasuk menunda peluncuran dan mengurangi skala proyek.