Di Kota Pop-Up Malaysia, Gema Krisis Perumahan China

Article featured image

Proyek Forest City di Malaysia menjadi contoh nyata ambisi yang meleset dari raksasa properti China, Country Garden. Awalnya dirancang sebagai kota mandiri mewah dengan investasi besar-besaran, proyek ini kini lebih mirip kota hantu daripada pusat keuangan internasional yang dijanjikan.

Kendala utama muncul sejak awal, ketika Singapura mengajukan protes lingkungan terkait reklamasi lahan di perairan dekat perbatasan. Larangan China terhadap pembelian properti luar negeri pada 2016 semakin memukul proyek ini, mengeringkan sumber pembeli potensial. Meski pemerintah Malaysia berupaya menyelamatkannya dengan insentif pajak dan status zona khusus, minat investor tetap lesu.

Fakta di lapangan memperlihatkan betapa jauh realitas dari rencana awal. Menara perkantoran yang seharusnya dipenuhi manajer investasi justru terkunci rapat, sementara mal yang ditujukan untuk ritel mewah hanya diisi oleh mainan dinosaurus listrik yang melintas sepi. Blok apartemen yang dibangun pun lebih banyak gelap tanpa penghuni.

Upaya penyelamatan terkesan terlalu kecil dan terlambat. Country Garden jelas keliru membaca pasar, mengira model sukses di China bisa langsung diterapkan di luar negeri. Forest City kini menjadi simbol risiko ekspansi yang gegabah, di mana visi megah berakhir dengan bangunan kosong dan harapan yang pudar.